Monday, February 25, 2013

MJJ's edition: KLENTENG TERTUA DI INDONESIA

Siapa sangka kota Jepara menyimpan cerita sejarah luar biasa. Di kota inilah ternyata tersimpan sejarah kuno klenteng tertua di Indonesia. Dan kali ini saya dan teman-teman MJJ sengaja menyempatkan waktu untuk mengunjungi klenteng bersejarah ini.
                              


LOKASI 
Klenteng ini lebih dikenal dengan nama Klenteng Welahan. Bahkan aplikasi foursquare-pun menyebutnya demikian. Berbagai sumber yang saya baca menyebutkan bahwa letaknya sekitar 24km kearah selatan dari pusat kota Jepara. Tempat ini menyimpan peninggalan kuno Tiongkok dan menjadi salah satu aset wisata sejarah di Jepara. Di Welahan ini berdiri megah 2 buah kelenteng yang dibangun seorang tokoh pengobatan dari Tiongkok bernama Tan Siang Hoe bersama dengan kakaknya bernama Tan Siang Djie.

Klenteng Hian Thian Siang Tee (Jalan Gang Pinggir Welahan)
Klenteng Fu De Zheng Shen (Jalan Gang Klenteng Welahan)
MENJELAJAH KLENTENG
Kebetulan hari ini adalah perayaan Cap Go Meh, yaitu hari ke-15 setelah imlek. Saya bersama teman-teman di MJJ mengunjungi kedua klenteng yang letaknya tidak terlalu jauh. Tidak ada kesibukan berarti dalam menyambut perayaan Cap Go Meh di kedua klenteng ini. Menurut penjaga klenteng, puncak acara justru ketika hari ulang tahun klenteng yang biasanya jatuh pada bulan April. Cerita dan foto-foto serunya bisa di baca di link berikut ini:

SEJARAH KLENTENG 
Tahun 1830, pada masa penjajahan Hindia Belanda, datanglah seorang Tionghoa totok dari Tiongkok bernama Tan Siang Boe. Beliau pergi dari Tiongkong menuju Asia Tenggara buat nyari saudara tuanya bernama Tan Siang Djie di Indonesia. Sewaktu berangkat dari Tiongkok beliau berada dalam satu perahu bersama seorang Tasugagu (Pendeta) yang habis pulang semedi dari Pho To San di wilayah daratan Tiongkok (tempat ini juga jadi pertapaan paduka menteri/ kaisar “Hian Thian Siang Tee“). 

Ditengah perjalanan Tasu tersebut jatuh sakit. Kemudian Tan Siang Hoe merawatnya dengan bekal obat–obatan yang dibawanya dari Tiongkok dan berhasil menyembuhkan penyakit yang diderita Tasugagu tersebut. Dengan rasa berterima kasih atas kesembuhannya, ketika mendarat di Singapura Tasu memberikan tanda mata ucapan terima kasih kepada Tan Siang Boe berupa satu kantong “semacam tas“ yang berisi barang–barang pusaka kuno Tiongkok yang terdiri dari : sehelai sien tjiang (kertas halus bergambar Paduka Hian Thiam Siang Tee), sebilah po kiam (pedang Tiongkok), satu hio lauw (tempat abu), dan satu jilid tjioe hwat (buku pengobatan/ramalan).
Setelah Tan Siang Boe tiba di Semarang, beliau dapat info kalau saudara tuanya ada di daerah Welahan Jepara. Maka segeralah pergi untuk menjumpai Tan Siang Djie di tempat tersebut. 

Di sana berjumpa dengan saudara tuanya yang berkumpul dalam satu rumah dengan keluarga Liem Tjoe Tien. Sampai sekarang rumah tersebut masih ada terletak di Gang Pinggir Welahan dan rumah itu sampai sekarang dipergunakan sebagai tempat buat menyimpan pusaka kuno. Setelah beberapa waktu lamanya, Tan Siang Boe menetap dengan kakaknya di Welahan. Pada suatu hari pergilah ia bekerja di lain daerah, sedangkan barang yang berisi pusaka kuno tersebut dititipkan kepada kakaknya. Mengingat keselamatan akan barang-barang titipan tersebut maka barang tersebut dititipkan kepada pemilik rumah Liem Tjoe Tien dan selalu disimpan di atas loteng rumahnya. 

Belum banyak yang mengetahui barang pusaka apakah yang tersimpan di atas loteng itu. Selama dalam penyimpanan di atas loteng tersebut setiap tanggal tiga yaitu hari lahir “sha gwe” yakni hari Imlex Seng Tam Djiet dari Hian Thiam Siang Tee, keluarlah daya ghaib dari barang pusaka tersebut yaitu cahaya api seperti barang terbakar yang sewaktu-waktu keluar ular naga dan kura-kura yang sangat menakjubkan bagi seisi rumah. 

Dengan kejadian itu dipanggilah Tan Siang Boe yang semula menitipkan barang tersebut untuk kembali ke Welahan dan membuka pusaka yang tersimpan di dalam kantong tersebut. Setelah dibuka dan diperlihatkan kepada orang-orang seisi rumah sambil menuturkan tentang asal mula ia dapat memiliki pusaka kuno Tiongkok. 

Setelah mengetahui asal mula pusaka tersebut maka orang-orang seisi rumah mempunyai kepercayaan bahwa pusaka kuno itu adalah wasiat peninggalan dari Paduka Hian Thiam Siang Tee maka dipujanya menurut adab leluhur. 

Pada suatu hari Lie Tjoe Tien sakit keras dan penyakitnya dapat disembuhkan kembali dengan kekuatan ghaib yang ada di pusaka, dengan kejadian itu maka dari percakapan mulut ke mulut oleh banyak orang pusaka itu dikenal namanya, dihormati, dan dipuja puja oleh orang yang mempercayainya hingga sekarang.  
(dari berbagai sumber)

KLENTENG TERTUA DI INDONESIA 
Menurut keterangan bahwa satu-satunya pusaka Tiongkok yang pertama kali di Indonesia adalah yang dibawa oleh Tan Siang Boe dan tersimpan di Welahan sehingga ada perkataan lain bahwa keberadaan klenteng di Welahan adalah yang paling tua di Indonesia. 

Keberadaan klenteng yang berada di Welahan bukan hanya didominasi keturunan Tionghoa saja tetapi juga pribumi yang berdatangan dari berbagai kota untuk memohon pengobatan, tanya nasib, bercocok tanam, serta mohon maju dalam usahanya, dan lain sebagainya. 

Akhirnya saya datang juga ke Klenteng Tertua di Indonesia. Makasih buat teman-teman yang udah ikutan di MJJ edisi perdana ini (Tulus Andhi, Michael, BuKetuOkkyNawa, MbakNilam, Risha, LukasPaijo, Agung, Mas Rio, Mas Asmirando, Adam, KekTileYo, Luhung, PettyPetonk, Candra, dan Wulan). Sampai ketemu di MJJ selanjutnya.

No comments:

Post a Comment