Beberapa waktu yang lalu sempet diajakin sama Kakak Sepupu ke Jogja. Waaahh, kembali lagi ke Jogja kota yang meninggalkan berjuta kenangan. Fyuuuhh...
Namun kali ini ke Jogja-nya engga biasa, kami pergi ke Ganjuran, sebuah tempat yang akan membuat kita takjub. Ini pertama kalinya saya ke Ganjuran. Awalnya yang saya tau Ganjuran itu adalah Gereja Katolik. Oya, kakak sepupu saya beragama Katolik dan saya tidak. Ternyata setelah di sana yang datang bukan hanya warga Katolik saja.
Sebenarnya nama sesungguhnya adalah Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran, namun banyak orang menyebutnya dengan Gereja Ganjuran saja. Gereja ini berada di daerah Bantul, dan merupakan daerah yang mengalami gempa parah waktu itu.
Gereja yang dibangun pada
16 April 1924 itu kaya dengan simbol-simbol perpaduan kebudayaan. Semua
bangunan itu tidak terlepas dari sentuhan keluarga Schmutzer, pemilik
Pabrik Gula Gondang Lipuro, satu-satunya pabrik gula yang bukan milik
Nederlandsch Indische Suiker Syndikaat (Sindikat Gula Hindia Belanda).
Sebagai pengamal ajaran sosial gereja yang disebut ”Rerum Novarum”,
mereka adalah keluarga yang menghormati secara istimewa Hati Kudus Tuhan
Yesus. Kemudian Caroline, istri Julius Schmutzer mendirikan rumah sakit
dan sekolah untuk kaum perempuan tahun 1920. Setahun berikutnya, dia
merintis sebuah poliklinik. Yang kemudian menjadi RS Santa Elisabeth
Ganjuran yang kini dikelola suster-suster Carolus Boromeus dan Yayasan
Panti Rapih. Keluarga besar Schmutzer itu pula yang kemudian mendirikan
sebuah rumah sakit di Kota Yogyakarta yang bernama Onder de Bogen yang
sekarang bernama RS Panti Rapih. Dan mungkin saja ada hubungannya dengan RS Panti Asih di Pakem dan RS Panti Wiloso di Semarang (dihubung-hubungin soalnya namanya pakei panti, hehehhee...)
Beberapa gambar altar dan gambar Candi Ganjuran (sayang sekali waktu itu cuma pakai kamera hp) |
Bangunan yang pertama saya lihat adalah rumah joglo besar, dengan kayu-kayu "soko" yang besar. Menurut saya beginilah bangunan tropis itu. Sirkulasi udara yang baik dan terang matahari sampai ke dalam, jadi bisa hemat energi ^^. Altarnya terlihat begitu megah, arsitektur jawa hindu benar-benar terasa sekali. Selain itu kubah di atas altar juga membuat saya terpesona.
Di samping bangunan tadi ada sebuah candi, candi inilah yang disebut Candi Ganjuran. Di depan candi ada sebuah tempat yang beratap jemari. Tempat ini biasanya digunakan oleh orang-orang untuk merenungkan pergumulannya, berdoa, berdiskusi, curhat, dan mungkin foto-foto (eh, cuma saya aja koq...hihihiii...). Selain itu ada mata air yang disebut Air Perwitasari, air inilah yang dianggap orang-orang membawa keberkahan.
Di tempat inilah kita bisa bertemu Yesus dalam wajah jawa, kearifan budaya lokal, serta kesejukan alam. Benar-benar tempat yang luar biasa.
No comments:
Post a Comment