Sasak adalah penduduk asli Pulau Lombok. Seperti juga kelompok etnik lain di Indonesia, suku Sasak berasal dari keturunan Austronesia yang bermigrasi dari daratan Asia sekitar 5.000 tahun SM dan tinggal di daerah-daerah di Asia Tenggara sampai ke Kepulauan Pasifik Selatan. Saat ini 85% dari populasi Lombok adalah suku Sasak.
DESA SADE
Salah satu desa Sasak yang sering dikunjungi adalah Desa Sade. Desa ini terletak di Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Pulau Lombok. Jaraknya kurang lebih 30 kilometer dari kota Mataram. Untuk menemukan dusun ini tidak sulit karena berada tepat di tepi jalan raya Praya - Kuta dan pada bagian luar dusun terdapat papan nama besar bertulisan dusun Sade. Saya mengunjungi tempat ini selepas dari jalan-jalan di Pantai Kuta.
Salah satu desa Sasak yang sering dikunjungi adalah Desa Sade. Desa ini terletak di Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Pulau Lombok. Jaraknya kurang lebih 30 kilometer dari kota Mataram. Untuk menemukan dusun ini tidak sulit karena berada tepat di tepi jalan raya Praya - Kuta dan pada bagian luar dusun terdapat papan nama besar bertulisan dusun Sade. Saya mengunjungi tempat ini selepas dari jalan-jalan di Pantai Kuta.
Masyarakat desa tersebut memilih mengabaikan modernisai dunia luar dan lebih memilih untuk terus melestarikan tradisi lama mereka. Rumah di Sade dibangun berbaris dimana yang paling menonjol dan khas Lombok adalah lumbung padi yang didirikan di atas empat tumpukan kayu dengan atap berbentuk topi terbuat dari alang-alang atau rumput gajah. Padi dimasukkan melalui jendela terbuka. Beruga atau ruang upacara berdiri di atas enam pilar dan atapnya juga terbuat dari rumput gajah, memberikan suasana sejuk ketika cuaca terik dan hangat pada malam hari yang dingin.
Rumah adatnya dibagi menjadi 3 bagian, yaitu dapur, kamar tidur dan ruang tamu. Hanya ada satu kamar pada setiap rumah, dan kamar itu diperuntukan hanya untuk anak gadis dalam keluarga suku Sasak. Lantai mereka biasanya dibersihkan dengan menggunakan kotoran kerbau. Eiittss, jangan ilfil dulu. Kata Pak Nur, rumah yang lantainya di pel dengan kotoran kerbau biasanya ga ada nyamuknya loh... Jadi buat kamu yang kamarnya banyak nyamuk, ga ada salahnya mencoba cara suku Sasak ini. Kabarin yaaa hasilnya gimana...? Heheheheee...
DESA SUKARARA
Desa Sasak berikutnya yang saya kunjungi adalah Desa Sukarara (bacanya Sukarare). Desa Sukarara ini terletak di Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat. Lokasi nya berada sekitar 25 Km dari kota Mataram atau sekitar 5 Km dari kota Praya (cuma 5 menit perjalan dengan menggunakan kendaraan pribadi atau taksi dari Praya).
Sebagian besar perempuan yang ada di Desa Sukarara ini bekerja sebagai penenun. Untuk menjaga dan melestarikan budaya dan tenun tradisional yang diwarisi oleh nenek moyang mereka, para perempuan di Desa Sukarara ini diwajibkan untuk belajar menenun. Bahkan sejak masih usia anak-anak para orang tua mereka telah mewariskan keterampilannya dan mengajarkan kepada anak-anak perempuan mereka menenun dengan motif awal atau motif dasar yang sangat sederhana agar lebih mudah dipahami dan dipelajari. Pekerjaan menenun ini biasanya mereka lakukan di teras depan, dan kebiasaan ini masih mereka lakukan sampai saat ini. Pemandangan ini bisa dijumpai hampir di setiap rumah yang ada disepanjang jalan Desa Sukara yang saya lewati.
Oya, anak gadis yang belum bisa menenun kain belum boleh untuk menikah loh... Jadi mereka harus belajar menenun dulu sampai bisa lancar. Hahahaaa... Ditempat ini juga saya sempatkan buat belajar menenun menggunakan alat tenun tradisional.
lagi diajarin menenun, susyah susyah gampang sih... |
Sebagian motif tenun Lombok ini sangat familiar buat saya. Motif-motifnya mirip dengan tenun troso dari Jepara. Iyaah, asli mirip banget. Mulai dari motif miris sampai motif SBY banyak banget kesamaannya. Padahal itu dibuat langsung di Lombok. Apakah mungkin ada ikatan batin antara pengrajin Jepara dan Lombok yaaahh... Ahahahhaaa, tauk aahh...
Tenun Lombok, mirip banget kan sama Tenun Troso |
Di tempat ini pula saya mendapat kesempatan buat mencoba langsung baju adat Suku Sasak yang biasanya dipakai pada saat upacara-upacara adat tradisional seperti pernikahan adat.
Baju adat Suku Sasak |
Biasanya satu kain itu dikerjakan dalam beberapa minggu. Jadi mungkin saja hanya ada satu motif dan satu warna dalam sekali produksi. Itulah mengapa harga kain ini lumayan mahal.
Seharusnya masih ada satu desa lagi yang akan saya kunjungi, yaitu Desa Banyumulek. Tapi karena skedul masih padat merayap akhirnya kunjungan ke Desa Banyumulek di skip dulu. Semoga bisa mengunjungi tempat ini dikemudian hari yaaa... (amin). Desa Banyumulek merupakan desa sentra industri gerabah. Mungkin mirip Kasongan di Jogja kali yaaa... Ga banyak yang bisa saya ceritakan, karena saya belum ke sana. Hehehehee...
No comments:
Post a Comment